Jarak tak selamanya bisa memisahkan hubungan, jika didasari atas cinta dan saling kasih. Namun kendati nya, seseorang semakin renggang bila jarak yang ia tempuh semakin jauh. Tatkala ia lama tak berjumpa, tak pernah terbayang akan seperti apa jadi nya. Memang ada berbagai layanan seperti telfon dan sosial media yang tersedia, hingga kita bisa menghubungi via handphone. Namun, rasanya tak lagi sama bila tidak berjumpa secara langsung. Aku teringat tentang kita, celotehmu, bawel mu, arahan bijakmu yang sewaktu itu memberi ku sebuah wejangan layaknya seorang ibu. Cerocos kata-kata yang menyentil hati tak jadi masalah. Arahan yang membuat diri down tak jadi beban. Kini, entah mengapa semua nya serasa berbalik dengan keadaan. Dan sungguh, aku tak nyaman dan tak pernah merasa nyaman. Karena polemik yang saling berlandaskan kuat akan ego. Rasa nya bila engkau dekat, aku ingin memelukmu, aku akan bilang bahwa aku menyayangimu sahabatku, dan jangan pernah berubah sampai nanti.
Namun nyata nya, kita jauh. Entah karena jarak yang semakin jauh atau hati yang semakin tak senada. Namun, aku tidak ingin hal seperti ini terulang dan terus terulang. Mengenalmu 6 tahun yang lalu, membuat diriku seolah bangkit kembali tatkala diri ini sedang down dengan keadaan, tatkala fake face nya orang-orang yang kuanggap teman menghianatiku, kamu datang sebagai orang pertama yang memberikan pundak ketika aku rapuh dan wejangan ketika ku bersimpuh. Semesta, terkadang tak sejalan dengan kondisi. Namun, jangan pernah menyalahkan semesta, karena semesta berjalan penuh atas kendali tuhan. Tuhan sebaik-baiknya perencana. Semoga hatiku kuat dan baik-baik saja. Teruntuk sahabatku, semoga hatimu juga kuat dan baik-baik saja sampai nanti, dan jangan pernah berubah.